Monday, May 27, 2013

Cheater 2


Nadia

Saya terbangun dengan mata bengkak dan berat seperti digantungi beban berkilo-kilo. Hati saya masih sesak, saya masih ingin menangis, tapi rasanya saya sudah tidak punya daya lagi untuk menangis.
Saya sangat sayang kamu, Wisnu. Don’t you realize it? What’s wrong with us? What’s wrong with me? Aku melakukan segalanya untuk mempertahankan hubungan kita. Aku berusaha untuk selalu sempurna demi kamu, untuk selalu menjadi hebat, cantik, dan luar biasa. Dan aku berhasil. Tapi kenapa? Kenapa kamu harus melakukan ini ke aku?
Can we save this relationship? Tell me, Wisnu. Tell me.
Wisnu, are you the one?

Wisnu

What am I supposed to do?
Saya sangat sayang Nadia, dia segalanya yang saya inginkan dalam hidup ini. Cantik, penyayang, dan sangat mengerti saya, luar dalam. I'm the luckiest guy on earth. Everything goes well. Dua tahun berpacaran, maka saya pun tak ragu lagi untuk menikahi wanita indah ini.
Sampai kemudian segalanya mulai berubah. Perlahan-lahan, mereduksi segala kasih sayang yang ada di hati.
Saya masih sayang Nadia, dan Nadia, saya tahu juga masih menyayangi saya. Tapi entahlah, kadang sesuatu memang tidak bisa dijelaskan dengan kata. Mendadak jarak menjadi masalah. Mendadak waktu menjadi alasan. Dan menurut saya, ketika kami telah menemukan alasan, lalu apa gunanya cinta? Bukankah cinta tidak membutuhkan alasan?
Saya menatap layar ponsel saya. Mencoba memahami alasan dibalik menghilangnya dia dari pintu rumah kami setelah pertengkaran hebat kami semalam. Dan tak kembali lagi sampai saat ini.
She knows, Wisnu. Off course, she knows.
Tapi saya tidak berselingkuh! Saya cuma jalan sama Dwina, sekali!
Go ask yourself, are you cheating.
Define cheating!
Kamu merasa bersalah?
Iya.
Then you’re cheating.

***
Wisnu – Nadia

Kadang-kadang, ada hal yang memang tidak bisa terselesaikan. Atau selesai, tapi cara satu-satunya adalah dengan berhenti mencoba menyelesaikannya. Itulah yang membuat saya dan Nadia sepakat untuk tidak melanjutkan hubungan ini.
Kami berhenti mencoba menyelesaikannya.
But breaking up is never easy, bagi siapapun. Jalan setiap orang untuk akhirnya find out who’s the best juga bermacam-macam. Mungkin, bagi saya dan Nadia, butuh Dwina untuk menyadari bahwa kami tidak diciptakan untuk satu sama lain.
Kami sadar bahwa masalahnya ada di kami berdua. Dwina sama sekali tidak ikut andil dalam semua ini. Justru kami seharusnya berterimakasih pada Dwina, karena dialah kami sadar kalau kami tidak berjodoh.


Dwina – Nadia

Jadi sudah pacaran dua tahun ya, kalian?
Iya.
Sedih?
Menurut kamu?
Menurut saya kamu tidak sedih.
Define sedih.
You’re upset. Tapi enggak sedih. Ada batas yang sangat tipis antara menyadari bahwa kamu kehilangan orang yang kamu cintai, dan menyadari bahwa selama ini pilihan kamu salah.
Benar juga.
Kita dan ego kita. Mengakui sebuah kesalahan adalah hal yang tersulit. Apalagi jika selama ini kamu sudah berusaha membohongi dirimu sendiri bahwa kamu benar.
Dan sayangnya… tepat. Aku salah memilih.
Yup.
Sori, tapu tidakkah kamu ingin meminta maaf padaku?
For what? I safe you.
Do you love Wisnu?
Belum tahu.
I think he loves you.
Saya tidak ingin dia bersama saya untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa meninggalkanmu adalah keputusan tepat. Saya tidak ingin saya bersama dia untuk meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya bukanlah penyebab kalian berpisah.
Kamu dari dulu memang unpredictable. Hmm, anyway, ini baju yang akan kamu pakai untuk pagelaranku minggu depan.
Tujuh baju? Keterlaluan kamu, model lain cuma dapat jatah tiga, bayarannya sama lagi!
Anggap saja ini hukuman karena kamu nggak mau minta maaf.
Hahaha. Deal. :)

No comments:

Post a Comment