Friday, May 31, 2013

The One Who Stalks



Semesta ini memang kadang suka aneh dalam memberi kejutan kepada kita. Jadi, berhati-hatilah.

Iya, aku baru putus. Puas?
Dan seperti layaknya perempuan-perempuan patah hati lainnya, aku mengalami fase over-protektif terhadap hatiku sendiri.
Iya, itu lho. Fase dimana kamu jadi tidak mau mengambil resiko terluka lagi. Karena kamu habis merasakan rasa sakit luar biasa. Dan tidak mau itu terjadi lagi.
Jadi, kamu melindungi hatimu sendiri dari perasaan cinta. Berusaha menjauhkan diri dari  yang namanya cinta karena kamu tahu, ketika kamu sudah jatuh, kamu akan sakit lagi.
Mungkin kenapa itu namanya jatuh cinta. Karena jatuh itu nggak enak, sakit.
Itu yang kualami sekarang. Dicomblangin nggak mau, kalo ada laki-laki yang mendekati, aku langsung pasang kuda-kuda. Ya lari lah cowoknya, aku galak begini,
Jadi, aku terduduk diam di kafe ini. Sendiri. Menyelesaikan deadline kerjaan yang menumpuk. Ohiya, satu lagi fase yang menyebalkan dari patah hati ini adalah, kamu mengalami obsesi yang berlebihan pada pekerjaanmu. Kamu menjadi gila kerja, gila dengan laptop, meeting, dan deadline.
Tapi apa boleh buat, cuma ini satu-satunya cara yang bisa kulakukan agar aku tak lagi tenggelam dalam jurang cinta yang gelap itu. No! Aku tidak akan membiarkannya mengalahkanku lagi! I have to keep myself busy!
Sayangnya, pekerjaan yang menumpuk ini tidak cukup mampu untuk membuatku bertahan tidak membuka Facebookku. Damn you, Mark Zuckenberg. Kamu ini adalah musuh nomer satu perempuan-perempuan patah hati. Coba hitung ya, berapa cewek yang gagal move on gara-gara kamu? Bangkai.
Lucu ya? Bisa melindungi diri sendiri dari cowok-cowok yang mendekati, tapi nggak bisa melindungi diri dari godaan untuk kepo mantan pacar. Aku memang payah.
Jadi disinilah aku, diantara tab microsoft excel, microsoft word, dan inbox email, terselip satu tab Facebook. Bangkai lagi.
Begini, kamu pasti pernah kan mengalami yang namanya menjadi stalker? Dan jaman sekarang, being a stalker bisa menjadi sangat mudah. Lupakan yang namanya memakai rambut palsu, kacamata hitam besar, atau mengendap-endap dibalik tembok. Sekarang menjadi stalker sangatlah praktis, kamu tinggal duduk di balik laptop, mengaktifkan koneksi internet, dan... Facebook akan menjadi agen stalkermu yang paling profesional.
Itulah yang sedang kulakukan saat ini. Ketika kamu berumur 25 tahun, teman-temanmu sibuk sendiri dengan kekasih masing-masing, maka tidak ada yang lebih baik daripada duduk manis di depan laptop, kaos buluk, sendirian di kafe, menyeruput yoghurt blueberry,
Toh, hal ini sangat jauh lebih baik daripada duduk di ruang tengah, menonton televisi bersama mama dan mendapat sindiran berbau malem-minggu-kok-di-rumah-aja.
Dan sekarang, di depan jejaring sosial facebook, aku tengah memantengi profil Wisnuryawan Patradinata lekat-lekat, sambil berdoa semoga statusnya masih single.
Wisnuryawan Patradinata is now Single.
Sebuah kalimat yang seperti oase di padang pasir. Dulu kalimat itu seperti aji-aji kematian bagiku, bagi Wisnu sendiri. Namun sekarang, aku bahkan tidak tahu akan seperti apa perasaanku kalau kalimat itu berganti, Wisnuryawan Patradinata is now In a Relationship, Wisnuryawan Patradinata is now Engaged. Aku sampai tidak berani membayangkan.
Dan hidup Wisnu tampaknya memang baik-baik saja. Ia sedang sangat menikmati karirnya. Yah, pria, mereka memang sangat mudah mendapatkan distraksi. Fokus saja pada karir, maka urusan cinta bisa jadi prioritas ke seribu. Facebooknya bersih dari bau-bau romantisme. Entahlah, mungkin memang begitu kenyataannya, atau Wisnu memang sengaja menyembunyikannya? Aku tidak peduli, aku lebih baik tidak tahu.
“Kamu nggak akan move on kalau terus-terusan bersikap kayak gini Na. Udah deh, block aja facebooknya, you do such an useless thing dengan terus-terusan menatap profilnya! You got nothing!”
Ocehan Biyan membuyarkan lamunanku. Sahabatku itu sudah pasti akan mengatakan hal itu jika aku kepergok sedang dengan sangat kurang kerjaannya mengamati profil facebook Wisnu.
Bukannya kurang kerjaan, Biy... kerjaanku banyak. Dan aku pusing. Seeing him, even if it just his facebook profile bisa jadi mood booster...
Mood booster karena dia masih single! Coba kalo dia udah in a relationship? Mampus kamu, kantor kita  Cuma tiga lantai, nggak cukup buat bikin kamu mati hancur lebur. Paling pol juga kamu Cuma cacat tubuh permanen. Dan otakmu masih akan tetap mengingat Wisnu. Nah, derita banget kan ntar jadinya hidupmu??
Frontal. Dalem. Nusuk. Tapi semua kata-kata miss silet ala Biyan itu memang benar adanya. Tapi aku bisa berbuat apa lagi? Otakku bukan komputer yang memorinya bisa direstart ulang. Kenangan yang tersimpan di otak nggak akan pernah bisa hilang, bagaimanapun kamu mencoba. Ditambah, kenangan ini bukan kenangan main-main, kenangan ini berkonspirasi dengan perasaanku, sehingga membuatku pusing sendiri.
Tahu tidak apa yang membuat semua ini semakin pelik? Karena aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku tidak maju, juga tidak mundur. Karena maju pun tak akan berguna, dan mundur pun hanya membuat hidupku semakin kacau. Sebenarnya aku sangat mau maju, namun menurutku, apalah guna memperjuangkan sesuatu sendirian? Iya, aku sangat tahu cinta itu harus diperjuangkan, namun diperjuangkan oleh kedua belah pihak, dan bukannya sendirian.
“Dwina?”
Sebuah suara mengagetkanku dari lamunanku.
Wisnu. Berdiri dengan tampan dan humblenya di depanku.
Dan di depan layar laptopku dengan jendela profil Facebooknya terpampang jelas.
Rasanya aku pengen mengubur diriku hidup-hidup.

To be continued…



No comments:

Post a Comment